Rabu, 11 Januari 2012

Puisi yang terbit


Postingan ini dibuatkarena ada blog yang mengomentari puisi saya. Ini kali pertama tulisan saya dibukukan. Walaupun hanya masuk dalam bunga rampai saya sudah senang. Awalnya saya mendapat info dari pacar kalau DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) mau membuat buku kompilasi cerpen dan puisi dari anggota komunitas sastra. Dia juga mengirimkan cerpennya (yang ternyata juga dimuat dalam Kumpulan Cerpen Si Murai dan Orang Gila- judulnya Penari yang Membutakan Matanya Sendiri. Karena saya tak pernah pede dengan tulisan sendiri. Saya memintanya menjadi kurator, untuk memilih tiga puisi yang akan dikirimkan. Setelah dipilih-pilih didapatlah tiga puisi tersebut dan dikirimkan. Sekalian ia menuliskan biografi singkat saya.

Setelah beberapa lama saya mendapatkan kabar kalau puisi saya masuk dalam bunga rampai. Senang, walaupun pada acara launching-nya saya tak bisa ikut. Acaranya di Jakarta, sedangkan saya di Pekanbaru.

Setiap penulis yang masuk kompilasi dapat jatah bukunya. Saya pun dapat bukunya diambilkan oleh sang pacar yang bisa datang. Pertama memegang bukunya, langsung menuju pada tulisan saya, sip, tiga puisi saya masuk semua. Walau ada yang judulnya aneh, karena saya sering kesulitan menulis judul puisi, panitia penerbitan memberinya judul yang aneh "FPI pada Q film festival". Saya menulisnya sebagai signature saja sebenarnya, bukan judul, tapi dikira judul, akhirnya ditulislah sebagai judul. Tak mengapa yang penting dimuat.

Kemudian saya membuka halaman terakhir, "tentang penulis" isinya biografi singkat. Dan, ternyata nama saya tidak ada. Tapi sekali lagi tak mengapa, yang penting tulisan saya dimuat. Walaupun saya menjadi penulis paling misterius dalam buku ini.

inilah ketiga puisi saya tersebut (hal 19,20 dan 21):

Puisi Mandi
"wahai penyair kesunyian yang kau cari ada di air"
Dikirimkan hujan, diserap tanah, ditarik pompa, ditaruh bak mandi
Tak heran aku sering mendapatkan ilham saat mandi
saat yang lebih kontemplatif dari meditasi
Begitu rangkaian kata yang menyelinap kutangkap
Kuikat dengan tali, kusimpul dan kugulung membentuk hati
Pada air aku bersyair

(FPI pada Q film Festival)
Moralitas tak kutemukan dikerumunan amukan
Cahaya langit pun tak meminta persembahan darah dan api
Dalam anganku, penghuni nirwana bersuara syahdu, membuai layaknya ibu
Jubah yang kukira bisa membungkus amarah, penuh terisi pencari nasi
Dengan mengutip bahasa langit: berteriak lantang, menista yang berbeda, atas nama sesama
Sambil berbisik sejarah berkata: mereka tumbal labirin kuasa
Duhai jiwa-jiwa yang tenang, yang terus meradang, dzikir adalah fikir
iman tak rontok dengan rangkaian gambar

Doa sales surga

Tuhan, telah kutawarkan nikmat Mu pada mereka
Hingga mereka menjalankan perintah Mu dan Menjauhi larangan ku
Karenanya
Berikanlah padaku surga kwalitet satu
Amin

Secara pribadi saya paling suka puisi mandi dan saya mendapatkan dukungan untuk itu. Tongkrongan saya di Jakarta adalah Salihara. Kebetulan bertemu dengan Mas Goen, saya pamerkanlah buku itu dan dibacanya. Ia bilang suka dengan puisi mandi dan bukunya diminta olehnya. Saya senang dong, kapan lagi tulisan saya dikomentari GM. Semoga kali lain ada tulisan saya yang diterbitkan lagi.

4 komentar:

Andina Dwifatma mengatakan...

Aku paling suka yang Doa Sales Surga. Simpel tapi mengena. Tapi kayaknya si pemilik blog yang mengutip puisimu itu punya tafsir yang agak berbeda ya sayang? :)

Aulia Latif mengatakan...

Iya baby, aku senang kamu menyukainya. Tak apa, tiap orang punya pembacaan berbeda karena dasar bacaannya juga beda. Semoga dia baca blogku setelah kuposting tulisan ini.

Andina Dwifatma mengatakan...

Dikasih tautannya aja di blog dia.

Aulia Latif mengatakan...

Oke, biar kutulis tautan di komen blognya.

Mesin Pencari