Rabu, 11 Januari 2012

Villa des roses

cover novel.


Villa des roses adalah novel karya Willem Elsschot, penulis berkebangsaan Belgia (7 Mei 1882 - 31 Mei 1960). Saya membacanya karena disarankan pacar, sekaligus dibekali bukunya. Walaupun secara fisik bukunya cukup mengenaskan karena berupa fotokopian dengan jilid lakban dan cover plastik mika biru. Penampilan fisik buku yang saya baca akan saya susulkan karena belum saya foto. Buku itu (aslinya sebelum difotokopi) terbitan Pustaka Jaya, tahun penerbitannya saya lupa, penerjemahnya siapa saya juga lupa. Tapi don't judge the book by its cover berlaku, isinya menarik, dan saya membacanya sampai selesai dalam 2 hari.

Ini kali pertama pula saya membaca Novel dari Willem Elsschot, karena menurut sumber terpercaya, saya pun membacanya. Latar cerita ada di Paris pada awal abad ke 20, di sebuah apartemen kecil bernama "villa des roses" yang dikelola oleh Nyonya Brulot dan suaminya. Penyewa kamarnya berasal dari berbagai bangsa di Eropa, berbagai latar belakang dan berbagai alasan tinggal di Paris. Inilah kekuatan utama dari Novel ini, potongan kisah masing-masing karakter yang disatukan dalam Villa des roses.

Para penyewa memiliki latar belakang beragam, antara lain: Madame Gendron yang berusia uzur, Ia adalah "sumber penghasilan utama dari Villa des Roses" sejak Nyonya Brulot 'merawatnya'nya (dengan biaya yang dimark up). Tamu lainnya adalah Monsieur Martin,istri dan ibu Polandianya(di kamar yang belum dibayar selama beberapa bulan), Aasgaard seorang pengacara Norwegia yang belajar bahasa Prancis, dan Richard Grunewald anak muda dari Breslau Jerman, yang akhirnya memiliki affair dengan salah satu pelayan, Louise.

Willem Elsschot tak menceritakan sesuatu yang besar, perjalanan menggapai cita-cita ataupun kisah cinta yang mengharu biru. Ia menceriterakan keseharian, kejadian-kejadian yang dialami oleh karakter-karakternya. Penekanan dari keseharian ini adalah ironi yang dialami masing-masing karakternya.

Hal menarik dari cerita ini, menurut saya adalah cerita bunuh diri Tuan Brizard, salah seorang penyewa. Ia menuliskan surat sebelum bunuh diri. Surat tersebut berisi ucapan perpisahan untuk penyewa lain, perincian uang yang dibayarkannya pada Nyonya Brulot dan menyinggung alasannya bunuh diri. Alasannya untuk bunuh diri adalah ketidakpuasannya pada kapitalisme. Surat itu dengan cerdas meringkas karakter Martin yang sosialis, sekaligus memberikan pandangan apa ideologi yang sedang ngetren pada masa itu. Namun, dibahas dengan cara yang ringan, saking ringannya diabaikan pun tak akan mengganggu pembaca menikmati ceritanya.

Dan, ternyata novel ini sudah di filmkan dengan judul yang sama pada tahun 2002. Ceritanya tampak sedikit berbeda dari novelnya, karena fokus utamanya pada kisah cinta Louise dan Richard Grunewald. Saya sendiri belum nonton filmnya, kalau ada yang punya boleh dibagi. Sumber narasi filmnya saya baca dari review iMDb.

ini cover filmnya.


Demikian postingan saya kali ini, besok nulis lagi.

4 komentar:

Andina Dwifatma mengatakan...

Biarpun tampangnya mengenaskan, tapi isinya mengesankan toh? Ayo sayang, aku masih ada buku Elschott yang lain untuk kaubaca :)

Aulia Latif mengatakan...

Iya, yang judulnya "kaas" itu kan. Semoga tampang bukunya lebih baik, jadi cukup mengesankan saja, tak perlu mengenaskan. Btw baby, aku pengen baca Hemingway.

Andina Dwifatma mengatakan...

Kusarankan kamu membaca "The Sun Also Rises"--ini favoritku meskipun katanya magnum opus dia adalah "old Man and The Sea".

Aulia Latif mengatakan...

Boleh deh, asal disupply bukunya. Sun Also Rises itu ada kata-kata Gertrude Stein soal Lost Generation kan... Karena Hemingway memuatnya di buku, istilah itu menjadi terkenal.

Mesin Pencari