Di bawah ini adalah puisi Wislawa Szymborska yang judulnya "torture". Saya amat menyukainya, permainan bahasanya sungguh menarik, masih terasa walau sudah dialihbahasakan. Bahasa aslinya adalah Polandia, dialih bahasakan menjadi bahasa Inggris. Berikut puisinya:
Torture by Wislawa Szymborska
Nothing has changed.
The body is susceptible to pain,
it must eat and breathe air and sleep,
it has thin skin and blood right underneath,
an adequate stock of teeth and nails,
its bones are breakable, its joints are stretchable.
In tortures all this is taken into account.
Nothing has changed.
The body shudders as it shuddered
before the founding of Rome and after,
in the twentieth century before and after Christ.
Tortures are as they were, it's just the earth that's grown smaller,
and whatever happens seems right on the other side of the wall.
Nothing has changed. It's just that there are more people,
besides the old offenses new ones have appeared,
real, imaginary, temporary, and none,
but the howl with which the body responds to them,
was, is and ever will be a howl of innocence
according to the time-honored scale and tonality.
Nothing has changed. Maybe just the manners, ceremonies, dances.
Yet the movement of the hands in protecting the head is the same.
The body writhes, jerks and tries to pull away,
its legs give out, it falls, the knees fly up,
it turns blue, swells, salivates and bleeds.
Nothing has changed. Except for the course of boundaries,
the line of forests, coasts, deserts and glaciers.
Amid these landscapes traipses the soul,
disappears, comes back, draws nearer, moves away,
alien to itself, elusive, at times certain, at others uncertain of its own existence,
while the body is and is and is
and has no place of its own.
Frase pengikat dalam puisi ini adalah "Nothing has changed" dan "body". Kedua kata tersebut ada di semua bait dan membuat tiap baitnya menjadi sebuah rangkaian. Dan, yang menarik puisi ini membahas soal tubuh. Bicara soal tubuh adalah soal eksistensi. Tubuh adalah penanda kehadiran. Dalam skema paling umum dari eksistensialisme, eksistensi mendahului esensi. Ke-aku-an manusia, mulai dilihat dari tubuhnya.
Setiap bait puisi ini selalu menyebut tubuh untuk sebuah eksisten yang tak berubah (Nothing has changed). Namun bersamaan dengan eksisten yang tak berubah, eksistensi sendiri adalah sebuah usaha tak pernah selesai. Bait terakhir "while the body is and is and is"; "and has no place of its own." menunjukkan usaha dan kondisi yang membuat eksisten itu dinamis. Singkatnya yang ingin dikatakan puisi ini tentang tubuh adalah soal eksistensi: perubahan yang tidak pernah berubah.
2 komentar:
sumpah keren li...
mang di dunia ini dari dulu tak ada yang berubah, hanya berkembang...
tapi apa pun itu tetep masih sama...
jadi ingat dengan tafsir al-quran yang sering mngulang kata perintah seperti "sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum sebelummu, atau janganlah engkau bermuram durja terhadap semua ini, sesungguhnya hal ini sudah di lalui oleh orang-orang sebelumMU..." hem sallut tuk penulis puisi ini...
so.....
ada yang lain lagi egk?
Kalau menurutku beberapa hal berkembang, hal yang lain berulang. Iya, bisa juga kita pakai untuk pembacaan teks lain (dalam hal ini Al Quran seperti yang engkau bilang). Bisa juga sebaliknya. Penulis puisi ini wanita, orang polandia. Aktivis feminis..
Posting Komentar