Kamis, 06 Agustus 2009

Ladies Night dan Patriarki Kapitalisme Kontemporer







































Jacques Lacan pernah berujar “hanya ada laki-laki di dunia ini” dengan kata lain “wanita itu tidak ada”. Mengikuti Nietzsche (knowledge=power), mendefinisikan berarti menguasai -kalimat tersebut berdasar. Dunia ini didefinisikan oleh laki-laki, manusia seutuhnya adalah laki-laki. Demikian juga dalam agama yang tafsirnya sangat laki-laki, menawarkan surga dengan puluhan bidadari –sebuah contoh kenikmatan laki-laki.

Dunia adalah milik laki-laki, demikian halnya dengan kapitalisme. Ekspoitasi kapitalisme kontemporer kini beralih pada konsumsi, saat produksi sudah berlebih. Kemudian gaya hidup menjadi komoditi (jualan). Tubuh wanita pun menjadi komoditas, dengan segala atributnya. Iklan yang sebagian besar menampilkan wanita, misalnya parfum. Parfum yang laki-laki selalu menampilkan efek pemakaiannya yang membuat wanita terkagum-kagum. Walau seakan-akan iklan parfum untuk wanita juga demikian. Namun perhatikan berapa banyak produk untuk wanita, kesemuanya bertendensi membuat kagum laki-laki. Kalau ditafsirkan radikal, wanita hanya pelengkap dunia laki-laki.

Produksi Life Style a.k.a gaya hidup yang kini menjadi konsumsi massa, terutama dalam industri hiburan yang menawarkan kesenangan. Fasilitas Dugem a.k.a clubbing kini menjadi pabrik gaya hidup modern, mesinnya masih sama, kapitalisme. Menarik untuk menilik bagaimana para pengusaha (kapitalis) menjajakan jualannya ini. Komodifikasi tubuh wanita tetap menjadi daya tarik utama. Cara yang dipakai mulai dari menawarkan sexy dancer hingga striptease yang kesemuanya menggunakan tubuh wanita. Cara lain yang jamak adalah event ladies night. Pada event ini pengunjung wanita tidak dikenai charge (biaya tiket masuk).

Ladies Night menarik diperbincangkan, wacana kapitalisme kontemporer dimana produsen menjadikan konsumen wanita berperan menjadi penarik perhatian laki-laki yang menjadi target pasar. Sebuah cara promosi murah yang menjanjikan keuntungan lebih. Tujuannya sederhana, menjadikan pengunjung wanita, menarik pengunjung laki-laki.

Minimal seminggu sekali event ladies night ini digelar, biasanya ditengah minggu (Rabu) dimana pengunjung klub menurun, sebuah strategi jitu yang mudah dan murah. Beberapa kemungkinannya antara lain: 1) Pengunjung wanita akan menarik perhatian pengunjung laki-laki yang jomblo; 2) Pengunjung laki-laki akan mengajak wanita ke klub dengan pertimbangan biaya charge lebih murah; 3) Pengunjung wanita akan mengajak teman laki-laki ke klub karena ia tak perlu membayar charge. Beberapa kemungkinan ini bakal meningkatkan jumlah pengunjung dengan mudah dan murah.

Klub a.k.a tempat dugem adalah ruang yang laki-laki, ladies night adalah upaya menjadikan hiburan laki-laki (baca: wanita) terkonsentrasi. Banyaknya kesenangan disana tentu tidak gratis, setara dengan banyaknya konsumsi yang berlangsung (minimal charge masuk untuk laki-laki dan minuman). Tubuh wanita yang telah menjadi bagian dari kesenangan laki-laki dikomodifikasikan lagi menjadi iklan gratis industri hiburan.

Satu lagi contoh dunia yang didefinisikan laki-laki, wanita hanya pelengkap kesenangan.

Tidak ada komentar:

Mesin Pencari